Selasa, 12 November 2013

IDENTIFIKASI SEDIAAN OBAT YANG MENGANDUNG ASPIRIN, KAFEIN, DAN PARACETAMOL DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

Sediaan farmasi yang beredar di pasaran kebanyakan berupa campuran berbagai zat ber-khasiat. Campuran ini bertujuan untuk meningkat-kan efek terapi dan kemudahan dalam pemakaian. Salah satu campuran zat aktif yang sering diguna-kan adalah parasetamol dan kafein yang berkha--siat sebagai analgetik dan antipiretik. Campuran parasetamol dan kafein banyak ditemukan dalam produk antiinfluenza dengan ber-bagai merek dagang. Parasetamol merupakan me-tabolit fenasetin dengan efek analgetik ringan sam-pai sedang, dan antipiretik yang ditimbulkan oleh gugus aminobenzen, sedangkan kafein adalah basa lemah yang merupakan turunan xantin, me-miliki gugus metil dan berefek stimulasi susunan saraf pusat serta dapat memperkuat efek analgetik parasetamol (Naid, 2011).
Dalam bidang farmasi, pemeriksaan mutu obat mutlak diperlukan agar obat dapat sampai pada titik tangkapnya dengan kadar yang tepat, sehingga dapat memberikan efek terapi yang dikehendaki (Asma, 2008). Pada beberapa literatur penetapan kadar parasetamol dalam tablet kombinasi parasetamol dengan kafein dapat dilakukan dengan beberapa metode, di antaranya metode titrimetri yang meru-pakan metode konvensional, dan dalam pelaksa-naannya memerlukan waktu yang lama, serta ku-rang peka dalam penentuan zat yang kadarnya relatif kecil. Selain itu metode kromatografi cair kinerja tinggi juga merupakan metode alternatif yang memiliki kepekaan analisis tinggi namun me-merlukan biaya relatif mahal (Naid, 2011).
Kromatografi Lapis Tipis ialah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita. Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan). Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (dideteksi) (Shajid,2008).
Pemeriksaan KLT dilakukan terhadap adanya senyawa yang memberikan hasil positif pada pemeriksaan menggunakan pereaksi kima (Hanani, 2005). Pada skrining fitokimia prosedur  uji  dengan  KLT  dilakukan  untuk  lebih menegaskan  hasil  yang  didapat.  Karena  berfungsi  sebagai  penegasan, maka  uji  KLT  hanya  dilakukan  untuk  golongan-golongan  senyawa  yang  menunjukkan  hasil  positif pada  skrining  fitokimia (Marliana dkk, 2005). Selain itu, kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofob seperti lipida-lipida dan hidrokarbon. Sebagai fase diam digunakan senyawa yang tak bereaksi seperti silica gel atau alumina. Silica gel biasa diberi pengikat yang dimaksudkan untuk memberikan kekuatan pada lapisan dan menambah adhesi pada gelas penyokong. Pengikat yang biasa digunakan adalah kalsium sulfat. Fase diam pada KLT dapat berupa fase polar maupun non polar, misalnya silica gel, Alumina (alumunium oksida), Kiselguhr, Magnesium silikat, selulosa, resin, dll. (Shajid,2008).
Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut (Shajid,2008). Profil pemisahan pada KLT dapat dimodifikasi dengan mengubah rasio distribusi dengan mengubah komposisi fase gerak dengan memperhatikan polaritas dan kekuatan elusinya. Ada beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak yaitu fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang sensitif. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan. Untuk pemisahan yang menggunakan fase diam  polar seperti silica gel, polaritas fase gerak akan mennetukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan nilai Rf. Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam pelarut non polar seperti metil benzen akan meningkatkan harga Rf secara signifikan. Solut-solut ionik dan solut-solut polar lebih baik digunakan campuran pelarut sebagai fase geraknya seperti campuran air dan metanol dengan perbandingan tertentu. Penambahan sedikit asam etanoat atau amonia masing-masing akan meningkatkan solut-solut yang bersifat basa dan asam (Gholib, 2012).

Diagram suatu plat kromatografi lapis tipis yang khas setelah dikembangkan dan disemprot untuk menentukan tempat analit-analit ditunjukkan pada gambar berikut :
Dalam gambar diatas, senyawa A kurang polar dibandingkan senyawa B karena senyawa A bergerak lebih jauh bersama fase gerak dalam waktu yang sama. Jarak yang ditempuh oleh senyawa dari garis awal  (tempat senyawa ditotolkan pada plat) dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut  disebut “nilai Rf” senyawa tersebut (Watson, 2009).

DAFTAR PUSTAKA
Asma, R.S. dkk. 2008. Penetapan Kadar Sefadroxil Secara Spektrofotometri Visibel Menggunakan Pereaksi Etil Asetoasetat Dan Formaldehid. Majalah Farmasi Indonesia. Vol 19(1). Hal 41 – 47.

Hanani, E. dkk. 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan Dalam Spons Callyspongia Sp Dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. II, No.3 127 – 133

Gholib, I. Dan Abdul Rohman. 2012. Analisis Obat. Secara Spektrofotometri dan Kromatografi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Marliana, S.D. dkk. 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi. Vol 3 (1): 26-31. ISSN: 1693-2242

Naid, T. dkk. 2011. Penetapan Kadar Parasetamol Dalam Tablet  Kombinasi Parasetamol Dengan Kofein  Secara Spektrofotometri Ultraviolet-Sinar Tampak. Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 15, No. 2. hlm. 77 – 82.

Shajid, L.R. 2008. Isolasi Dan Identifikasi Flavonoid Dari Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Szu Mung, L. et all. 2013. Kesan Akut Kafein ke atas Penggunaan Oksigen dan Tanggapan Tahap Lesu semasa Senaman Intensiti Sederhana dalam kalangan Dewasa MudaPerempuan yang Sedentari. Jurnal Sains Kesihatan Malaysia 11 (1) : 33-40

Watson, D.G. 2009. Analisis Farmsi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar