Kamis, 19 Desember 2013

Metabolit Primer dan Metabolit Sekunder

Kajian kimia organik bahan alam meliputi senyawa-senyawa yang berasal dari sumber hayati seperti mikroorganisme, tanaman maupun hewan. Beragamnya senyawa yang berhasil ditemukan baik yang terjadi secara alami, merupakan salah satu pertimbangan perlunya pengkhususan dalam mempelajari senyawa-senyawa dari alam. Secara garis besar senyawa-senyawa tersebut dikelompokkan berdasarkan fungsi dan proses terbentuknya menjadi da kelompok yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder( Sahidin, 2013).
Fungsi karbohidrat, protein, dan lemak pada makhluk hidup sudah jelas, antara lain karbohidrat sebagai sumber energi dan protein untuk pertumbuhan. Hal tersebut  berlaku secara umum pada semua makhluk hidup. Nutrien-nutrien tadi disebut sebagai metabolit primer. Tumbuhan pada saat kena hujan atau panas tidak dapat menghindar atau lari untuk berteduh, tetapi tumbuhan tersebut mengeluarkan atau menghasilkan senyawa tertentu yang dapat melindungi dirinya dari pengaruh hujan atau panas. Senyawa-senyawa yang dimaksud disebut dengan metabolit sekunder ( Sahidin, 2013).
Perbedaan metabolit primer dan metabolir sekunder (achmad, 1986)


Metabolit primer
Metabolit sekunder
Distribusi
Merata dalam tiap organisme
Tidak merata
Fungsi
Universal, antara lain sumber energi, pertumbuhan
Ekologis, antara lain penarik serangga, pertahanan.
Struktur kimia
Perbedaan kecil
Berbeda-beda
fisiologi
Berkaitan dengan struktur kimia
Tidak berkaitan dengan struktur kimia


Hubungan metabolit primer dan metabolit sekunder
Metabolit sekunder terbentuk dari metabolit primer melalui berbagai jalur metabolisme yang disesuaikan dengan tujuan dan kondisi lingkungan tumbuhan tersebut tumbuh (Sahidin, 2013).

Achmad, S.A., 1986, Buku Materi Pokok : Kimia organik Bahan Alam, Penerbit Karunia Jakarta, Universitas Terbuka, Jakarta.
Sahidin, 2013, Mengenal Senyawa Alami: Pembentukan dan Pengelompokan Secara Kimia, Penerbit Universitas Haluoleo, Kendari.

Selasa, 12 November 2013

IDENTIFIKASI SEDIAAN OBAT YANG MENGANDUNG ASPIRIN, KAFEIN, DAN PARACETAMOL DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

Sediaan farmasi yang beredar di pasaran kebanyakan berupa campuran berbagai zat ber-khasiat. Campuran ini bertujuan untuk meningkat-kan efek terapi dan kemudahan dalam pemakaian. Salah satu campuran zat aktif yang sering diguna-kan adalah parasetamol dan kafein yang berkha--siat sebagai analgetik dan antipiretik. Campuran parasetamol dan kafein banyak ditemukan dalam produk antiinfluenza dengan ber-bagai merek dagang. Parasetamol merupakan me-tabolit fenasetin dengan efek analgetik ringan sam-pai sedang, dan antipiretik yang ditimbulkan oleh gugus aminobenzen, sedangkan kafein adalah basa lemah yang merupakan turunan xantin, me-miliki gugus metil dan berefek stimulasi susunan saraf pusat serta dapat memperkuat efek analgetik parasetamol (Naid, 2011).
Dalam bidang farmasi, pemeriksaan mutu obat mutlak diperlukan agar obat dapat sampai pada titik tangkapnya dengan kadar yang tepat, sehingga dapat memberikan efek terapi yang dikehendaki (Asma, 2008). Pada beberapa literatur penetapan kadar parasetamol dalam tablet kombinasi parasetamol dengan kafein dapat dilakukan dengan beberapa metode, di antaranya metode titrimetri yang meru-pakan metode konvensional, dan dalam pelaksa-naannya memerlukan waktu yang lama, serta ku-rang peka dalam penentuan zat yang kadarnya relatif kecil. Selain itu metode kromatografi cair kinerja tinggi juga merupakan metode alternatif yang memiliki kepekaan analisis tinggi namun me-merlukan biaya relatif mahal (Naid, 2011).
Kromatografi Lapis Tipis ialah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita. Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan). Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (dideteksi) (Shajid,2008).
Pemeriksaan KLT dilakukan terhadap adanya senyawa yang memberikan hasil positif pada pemeriksaan menggunakan pereaksi kima (Hanani, 2005). Pada skrining fitokimia prosedur  uji  dengan  KLT  dilakukan  untuk  lebih menegaskan  hasil  yang  didapat.  Karena  berfungsi  sebagai  penegasan, maka  uji  KLT  hanya  dilakukan  untuk  golongan-golongan  senyawa  yang  menunjukkan  hasil  positif pada  skrining  fitokimia (Marliana dkk, 2005). Selain itu, kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofob seperti lipida-lipida dan hidrokarbon. Sebagai fase diam digunakan senyawa yang tak bereaksi seperti silica gel atau alumina. Silica gel biasa diberi pengikat yang dimaksudkan untuk memberikan kekuatan pada lapisan dan menambah adhesi pada gelas penyokong. Pengikat yang biasa digunakan adalah kalsium sulfat. Fase diam pada KLT dapat berupa fase polar maupun non polar, misalnya silica gel, Alumina (alumunium oksida), Kiselguhr, Magnesium silikat, selulosa, resin, dll. (Shajid,2008).
Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut (Shajid,2008). Profil pemisahan pada KLT dapat dimodifikasi dengan mengubah rasio distribusi dengan mengubah komposisi fase gerak dengan memperhatikan polaritas dan kekuatan elusinya. Ada beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak yaitu fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang sensitif. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan. Untuk pemisahan yang menggunakan fase diam  polar seperti silica gel, polaritas fase gerak akan mennetukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan nilai Rf. Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam pelarut non polar seperti metil benzen akan meningkatkan harga Rf secara signifikan. Solut-solut ionik dan solut-solut polar lebih baik digunakan campuran pelarut sebagai fase geraknya seperti campuran air dan metanol dengan perbandingan tertentu. Penambahan sedikit asam etanoat atau amonia masing-masing akan meningkatkan solut-solut yang bersifat basa dan asam (Gholib, 2012).

Diagram suatu plat kromatografi lapis tipis yang khas setelah dikembangkan dan disemprot untuk menentukan tempat analit-analit ditunjukkan pada gambar berikut :
Dalam gambar diatas, senyawa A kurang polar dibandingkan senyawa B karena senyawa A bergerak lebih jauh bersama fase gerak dalam waktu yang sama. Jarak yang ditempuh oleh senyawa dari garis awal  (tempat senyawa ditotolkan pada plat) dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut  disebut “nilai Rf” senyawa tersebut (Watson, 2009).

DAFTAR PUSTAKA
Asma, R.S. dkk. 2008. Penetapan Kadar Sefadroxil Secara Spektrofotometri Visibel Menggunakan Pereaksi Etil Asetoasetat Dan Formaldehid. Majalah Farmasi Indonesia. Vol 19(1). Hal 41 – 47.

Hanani, E. dkk. 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan Dalam Spons Callyspongia Sp Dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. II, No.3 127 – 133

Gholib, I. Dan Abdul Rohman. 2012. Analisis Obat. Secara Spektrofotometri dan Kromatografi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Marliana, S.D. dkk. 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi. Vol 3 (1): 26-31. ISSN: 1693-2242

Naid, T. dkk. 2011. Penetapan Kadar Parasetamol Dalam Tablet  Kombinasi Parasetamol Dengan Kofein  Secara Spektrofotometri Ultraviolet-Sinar Tampak. Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 15, No. 2. hlm. 77 – 82.

Shajid, L.R. 2008. Isolasi Dan Identifikasi Flavonoid Dari Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Szu Mung, L. et all. 2013. Kesan Akut Kafein ke atas Penggunaan Oksigen dan Tanggapan Tahap Lesu semasa Senaman Intensiti Sederhana dalam kalangan Dewasa MudaPerempuan yang Sedentari. Jurnal Sains Kesihatan Malaysia 11 (1) : 33-40

Watson, D.G. 2009. Analisis Farmsi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Sabtu, 09 November 2013

IDENTIFIKASI DAN CARA PEMISAHAN OBAT

Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen,spesies, dan/ atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu sampel (Rohman, 2007).
Berbagai sifat fisika atau kimia dapat digunakan sebagai suatu cara identifikasi kualitatif atau kuantitatif. Jika sifatnya (pengukuran analit) adalah spesifik dan selektif, maka tahap pemisahan dan perlakuan awal sampel dapat disederhanakan. Pengubahan analit ke bentuk yang sesuai sehingga analit dapat dideteksi atau dapat diukur harus juga diperhatikan. Tahapan ini berkaitan dengan metode pemisahan untk suatu situasi yang spesifik tergantung pada sejumlah faktor. Pemilihan teknik ini umumnya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan hasil analisis yang diperlukan (Rohman, 2007).
Pelarut memenuhi beberapa fungsi dalam reaksi kimia, dimana pelarut melarutkan reaktan dan reagen agar keduanya bercampur, sehingga hal ini akan memudahkan penggabungan antara reaktan dan reagen yang seharusnya terjadi agar dapat merubah reaktan menjadi produk. Pelarut juga bertindak sebagai kontrol suhu, salah satunya untuk meningkatkan energi dari tubrukan partikel sehingga partikel-partikel tersebut dapat bereaksi lebih cepat, atau untuk menyerap panas yang dihasilkan selama reaksi eksotermik (Joshua, 2010).
Senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk karena penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana, yang masing-masing dapat berdiri sendiri. Senyawa kompleks digunakan sebagai penunjuk kesempurnaan reaksi. Menurut Werner, orang yang pertama kali berhasil mengkaji senyawa kompleks ini, beberapa ion logam cenderung berikatan koordinasi dengan zat-zat tertentu membentuk senyawa kompleks yang mantap. Kelarutan senyawa kompleks koordinasi dalam air bergantung terutama pada muatan kompleksnya. Senyawa kompleks yang bermuatan lazimnya mudah larut dalam air, sebaliknya senyawa kompleks yang tak bermuatan biasanya sukar larut dalam air (Rivai, 2006).
Banyak senyawa kimia yang mempunyai sifat fotoluminisensi yakni senyawa kimia tersebut dapat dieksitasikan oleh cahaya dann kemudian memancarkan kembali sinar yang panjang gelombangnya sama atau berbeda dengan panjang gelombang semula (panjang gelombang eksitasi). Pada fluoresensi, pemancaran kembali sinar oleh molekul yang telah menyerap energi sinar terjadi dalam waktu yang sangat singkat setelah penyerapan (108 detik). Jika penyinaran kemudian dihentikan, pemancaran kembali oleh molekul tersebut juga berhenti. Fluoresensi berasal dari transisi antara tingkat-tingkat energi elektronik singlet dalam suatu molekul (Rohman, 2007).
Alkaloid adalah basa organik yang mengandung amina sekunder, tersier atau siklik. Diperkirakanada 5500 alkaloid telah diketahui, dan alkaloid adalah yang containing Some 5500 alkaloids areknown, yang merupakan golongan senyawa metabolit sekunder terbesar dari tanaman, Tidak adasatupun definisi yang memuaskan tentang alkaloid, tetapi alkaloid umumnya mencakup senyawasenyawabersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya sebagai bagiandari sistem siklik. Secara kimia, alkaloid adalah golongan yang sangat heterogen berkisar darisenyawa-senyawa yang sederhana seperti coniine sampai ke struktur pentasiklik strychnine.Banyak alkaloid adalah terpenoid di alam dan beberapa adalah steroid. Lainnya adalah senyawa-senyawa aromatik, contohnya colchicine (Utami, at all, 2008).
Senyawa antioksidan ditambahkan ke dalam suatu bahan untuk menghambat reaksi oksidasi dengan udara. Antioksidan hanya berfungsi sebagai penghambat reaksi oksidasi dan tidak dapat menghentikan sama sekali proses autooksidasi pada lemak sehingga pada akhir proses ketengikan akan selalu terjadi. Beberapa senyawa antioksidan yang sering digunakan saat ini adalah senyawa turunan fenol dan amina. Antioksidan golongan fenol sebagian besar terdiri dari antioksidan alam dan sejumlah antioksidan sintesis. Senyawa fenol tersubstitusi telah banyak digunakan sebagai antioksidan. Kerja antioksidan dalam reaksi oksidasi adalah menghambat terbentuknya radikal bebas pada tahap inisiasi atau menghambat kelanjutan reaksi berantai pada tahap propagasi dari reaksi autooksidasi. Antioksidan yang baik adalah senyawa yang mampu membuat radikal fenol dari antioksidan menjadi lebih stabil (Tahir,2003).
Daftar Pustaka
Joshua. 2010. Pelarut Organik. http://marnalajoshua.wordpress.com/. Diakses 28/03/2012
Rivai, Harrizul. 2006. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta; UI Press
Rohman, Abdul, dkk. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta; Pustaka Pelajar
Tahir, Iqmal, at all. 2003. ‘Terapan Analisis Hansch Untuk Aktivitas Antioksidan Senyawa Turunan Flavon / Flavonol’. J sains dan teknologi farmasi. Vol. 12(2). Hal. 108-111
Utami, Nurul, at all. 2008. ‘Identifikasi Senyawa Alkaloid Dari Ekstrak Heksana Daun Ageratum conyzoides’. J sains kimia. Vol 9(2) hal 82-84