Biofarmasetika
merupakan ilmu yang mempelajari hubungan sifat fisikokimia formulasi obat
terhadap bioavaibilitas obat. Mempelajari biofarmasetika bertujuan untuk
mengatur pelepasan obat sedemikian rupa ke sirkulasi sistemik agar diperoleh
pengobatan yang optimal pada kondisi klinik tertentu. Pengobatan yang optimal
dipengaruhi oleh absorpsi suatu obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik.
Hal yang mempengaruhi absorpsi obat yaitu sifat-sifat anatomik dan fisiologik
tempat absopsi serta sifat-sifat fisikokimia atau produk obat.
Jumat, 19 Desember 2014
Selasa, 28 Oktober 2014
RESPIRATORY DISTRESS SYNDROM
Salah satu
sistem organ kita yaitu sistem pernafasan. Sistem pernfasan memiliki peranan
yang sangat penting bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Secara umum, sistem
pernafasan berfungsi dalam proses pengambilan oksigen dan pembuangan
karbondioksida. Untuk itu kesehatan dari sistem organ ini haruslah dijaga
dengan baik. Namun, banyak kasus sederhana yang kerap kali menyerang sistem
ini, misalnya saja flu, batuk, asma dll. Pada kesempatan kali ini, salah satu
gangguan pada sistem pernafasan yang mungkin masih asing di telinga masyarakat
Indonesia yaitu Respiratory Distress Syndrom.
Respiratory
Distress Syndrom adalah salah satu gangguan pernafasan yang ditandai dengan
gagalnya pernafasan. Kegagalan nafas ini disebabkan karena kekurangan oksigen
dalam jangka waktu yang lama. Apabila hal ini dibiarkan berlangsung lama maka
terjadi terjadi penurunan aliran darah ke otak maka akan terjadi kerusakan otak
dan organ lain.
Ada dua
macam Respiratory distress syndrom yaitu
acute respiratory distress syndrom (terjadu pada dewasa) dan neonatal
respiratory distress syndrom (bayi). Keduanya memiliki masalah yang sama tetapi
penyebab yang berbeda. Pada ARDS, kegagalan pernafasan terjadi karena adanya
cedera akut dan parah pada sebagian besar atau kedua belah paru. Penyebabnya
beragam, ada beberapa kasus karena kecelakaan, trauma, sepsis, shock,
pneumonia. Selain itu, beberapa penelitian juga menyatakan bahwa paparan iritan
paru akut seperti rokok, gas kimia berbahaya dll dapat menjadi salah satu
penyebabnya. Pada neonatal RDS, sebagian besar kegagalan nafas terjadi karena
kekurangan surfaktan. Hal ini karena bayi yang baru lahir terutama bayi yang
lahir prematur pembentukan dan diferensiasi sel tipe II pada alveolus belum
cukup matang dan banyak sehingga produksi surfaktan tidak berjalan dengan baik.
Surfaktan yang kurang bisa menyebabkan gangguan pernafasan.
Rabu, 21 Mei 2014
TABEL KONSTANTA IONISASI BERBAGAI OBAT
Asam Lemah
Nama Obat
|
pKa
|
Nama Obat
|
pKa
|
Acetaminophen
|
9,5
|
Metyldopa
|
2,2,
9,2
|
acetazolamide
|
7,2
|
Penicillamine
|
1,8
|
Ampicilin
|
2,5
|
Pentobarbital
|
8,1
|
Aspirin
|
3,5
|
Phenobarbital
|
7,4
|
Chlorthiazide
|
6,8,
9,4
|
Phenytoin
|
8,3
|
Chlorpropamide
|
5,0
|
Propylthiouracil
|
8,3
|
Ciprofloxacin
|
6,1,
8,7
|
Salicylic
acid
|
3,0
|
Cromolyn
|
2,0
|
Sulfadiazine
|
6,5
|
Ethacrynic
acid
|
2,5
|
sulfapyridine
|
8,4
|
Furosemide
|
3,9
|
Theophylline
|
8,8
|
Ibuprofen
|
4,4,
5,2
|
Tolbutamide
|
5,3
|
Levodopa
|
2,3
|
Warfarin
|
5,0
|
Methotrexate
|
4,8
|
|
|
Basa Lemah
Nama Obat
|
pKa
|
Nama Obat
|
pKa
|
Albuterol
(Salbutamol)
|
9,3
|
Guanethidine
|
11,4,
8,3
|
Allopurinol
|
9,4,
12,3
|
Hydralazine
|
7,1
|
Alprenolol
|
9,6
|
Imipramine
|
9,5
|
Amiloride
|
8,7
|
Isoproterenol
|
8,6
|
Amiodarone
|
6,56
|
Kanamycin
|
7,2
|
Amhetamine
|
9,8
|
Lidocaine
|
7,9
|
Atropine
|
9,7
|
Metaraminol
|
8,6
|
bupivacaine
|
8,1
|
Methadone
|
8,4
|
Chlordizepoxide
|
4,6
|
Methamphetamine
|
10,0
|
Chloroquine
|
10,8,
8,4
|
Methyldopa
|
10,6
|
Chlorpheniramine
|
9,2
|
Metoprolol
|
9,8
|
Chlorpromazine
|
9,3
|
Morphine
|
7,9
|
Clonidine
|
8,3
|
Norepinephrine
8.6
|
8,6
|
Cocaine
|
8,5
|
Pentazocine
7.9
|
7,9
|
Codeine
|
8,2
|
Phenylephrine
9.8
|
9,8
|
Cyclizine
|
8,2
|
Physostigmine
|
7,9,
1,8
|
Desipramine
|
10,2
|
Pilocarpine
6.9, 1.42
|
6,9,
1,4
|
Diazepam
|
3
|
Pindolol
8.6
|
8,6
|
Dihydrocodeine
|
3
|
Procainamide
9.2
|
9,2
|
Diphenhydramine
|
8,8
|
Procaine
9.0
|
9,0
|
Diphenoxylate
|
7,1
|
Promazine
9.4
|
9,4
|
Ephedrine
|
9,6
|
Promethazine
9.1
|
9,1
|
Epinephrine
|
8,7
|
Propranolol
9.4
|
9,4
|
Ergotamine
|
6,3
|
Pseudoephedrine
9.8
|
9,8
|
Fluphenazine
|
8,0,
3,9
|
Pyrimethamine
7.0
|
7,0
|
Sumber :
Katzug, bertram G.
2010. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. Jakarta. Penerbit Buku kedokteran
(EGC).
Katzug, bertram G.
2010. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 9. Jakarta. Penerbit Buku kedokteran
(EGC).
Langganan:
Postingan (Atom)